
Malang - Arema FC gagal mempertahankan gelar juara Piala Presiden. Tim berjulukan Singo Edan ini tersingkir lantaran hanya meraih satu poin di penyisihan Grup A Piala Presiden 2025.
Hanya mampu bermain imbang 2-2 dengan Liga Indonesia All Star dan dihajar Oxford United dengan skor 0-4. Status juara bertahan Piala Presiden seperti tak berbekas.
Evaluasi tentu akan dilakukan manajemen dan pelatih Marcos Santos karena Singo Edan sebenarnya ingin melangkah lebih jauh di Piala Presiden 2025.
“Sebenarnya kami memulai setiap pertandingan dengan bagus. Namun, selalu ada persoalan yang dihadapi,” kata pelatih Arema FC, Marcos Santos.
Pada pertandingan pertama melawan Indonesia All Star, Arema FC sempat unggul dua gol lebih dulu. Namun, gawang Singo Edan yang dikawal Lucas Frigeri kebobolan dua gol via tendangan penalti. Hal itu dianggap membuat mental pemain jatuh.
Sedangkan saat melawan Oxford United, kejadian mati lampu di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, yang mengubah situasi. Padahal sebelum mati lampu, pemain Arema FC bisa memberikan perlawanan dengan pressing ketat.
“Sebelum mati lampu, permainan kami sudah bagus,” jelas pelatih asal Brasil tersebut.
Artinya, evaluasi sementara ini terkait dengan faktor non-teknis.
Perlu Analisis Mendalam

Sementara dari segi permainan, tim pelatih akan melakukan analisis lebih dalam. Yang terlihat, performa Singo Edan di Piala Presiden 2025 belum stabil. Mereka selalu kalah dalam ball possession dan jumlah peluang yang didapat.
Dari catatan statistik Arema FC, rata-rata ball possession Arema FC tidak sampai 40 persen. Padahal, mereka melakukan persiapan 3 pekan sebelum Piala Presiden 2025, lebih lama ketimbang tim Liga Indonesia All Star yang dibentuk mendadak.
Ajang Piala Presiden 2025 kini jadi sebuah pelajaran penting bagi Singo Edan, di mana mereka ingin bersaing di papan atas saat BRI Super League nanti digelar.
“Fokus kami tentu ada di kompetisi” jelas Marcos.
Geng Brasil Belum Maksimal
Sebenarnya, Arema FC ingin memberi kejutan di Piala Presiden 2025. Mereka membentuk tim dengan gerbong pelatih dan pemain dari Brasil. Total 7 pemain dari Brasil, sedangkan pelatih kepala dan asistennya juga dari negara yang sama.
Tujuannya, agar adaptasi tim lebih cepat, sehingga mereka bisa berbuat banyak di Piala Presiden. Namun, hal itu tidak terbukti. Mereka tetap butuh waktu lebih lama untuk mendapatkan chemistry antar-pemain.
Dalam dua pertandingan, hanya Paulinho Moccelin yang membuat dua assist. Sedangkan dua gol dicetak pemain lokal, Salim Tuharea dan Dedik Setiawan.
Dari pantauan Bola.com, saat persiapan di Malang, Arema FC lebih menekankan pada sistem bertahan. Maklum, tim yang dihadapi punya kedalaman skuat yang bagus, terutama Oxford United.
Mereka baru mempersiapkan skema serangan balik untuk membobol gawang lawan. Selebihnya, Ahmad Alfarizi dkk fokus melakukan pressing ketika kalah bola.