Jakarta - Sosok Dony Tri Pamungkas berasal dari keluarga yang sangat mencintai sepak bola. Ayahnya, meski bukan pemain profesional, getol memainkan si kulit bundar di level tarkam.
Sepak bola lalu mengalir ke abangnya, yang kelak menjadi pemain profesional dan bermain di sejumlah klub seperti Pelita Jaya, Arema Cronous, dan Perisam Samarinda.
Nama sang abang adalah Joko Sasongko, eks gelandang yang cukup ternama di masanya dan salah satu kebanggaan warga Boyolali.
Menjadikan ayah dan kakak sebagai pemantik motivasi, Dony Tri Pamungkas berhasil menembus Timnas Indonesia kelompok usia.
Dia sosok penting skuad Garuda Muda yang akan bertarung di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026 di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, 3-9 September 2025.
Nama Beken, Performa Keren
Siapa yang tak kenal Dony Tri Pamungkas. Namanya beken, performanya keren. Ia pernah dipercaya sebagai kapten Timnas Indonesia U-19 yang sukses menggondol trofi Piala AFF U-19 2024.
Pencapaian bergengsi lainnya, Dony Tri Pamungkas nyaris mempersembahkan juara Piala AFF U-23 2025 sebelum akhirnya Garuda Muda harus puas sebagai runner-up.
Saat ini, di usianya yang masih relatif muda, Dony Tri Pamungkas juga masuk skuad andalan Persija Jakarta.
Dony Tri Pamungkas mengawali kariernya dari bawah, tepatnya dari sebuah pasar yang berada di belakang rumahnya di Boyolali.
Saat itu ia masih berusia empat tahun. Darah sepak bola mengalir dari ayahnya, pastinya juga dari abangnya Joko Sasongko.
"Amarhum ayah cerita, dia bekas pemain tarkam. Cuma enggak sampai profesional," kata Dony Tri Pamungkas via kanal YouTube Sport77 Official belum lama ini.
Kakak Seorang Pesepakbola
Beruntung ia punya kakak yang sudah lebih dulu mengarungi sepak bola profesional, meski usia mereka terpaut 15 tahun. Selain dari layar televisi, Dony Tri Pamungkas kecil masih menyempatkan diri menyaksikan langsung Joko Sasongko beraksi di stadion.
"Waktu abang main di Liga 1, pernah juga nonton langsung ke stadion, kalau main di Stadion Manahan Solo," kata Dony Tri Pamungkas.
"Itu membuat motivasi saya timbul. Bahkan ingin lebih dari dia. Kalau pulang ke rumah, dia sering bawa jersey ke rumah. Bawa bola juga kadang. Terus kalau dia pulang kita sering main bola bareng di belakang rumah."
"Di belakang rumah itu kan pasar. Jadi setiap pagi kan buat jual sayur waktu itu. Terus waktu sore kan sudah tutup. Saya main bola di situ sama abang saya. Itu pertama kali saya kenal sepak bola. Saya masih berumur empat tahun," tuturnya.
Keinginan Sendiri
Meski punya kakak seorang pesepakbola profesional, tapi menurut Dony keinginannya untuk jadi pesepakbola justru datang dari dirinya sendiri.
"Kalau itu dari diri saya sendiri. Karena memang kan main sepak bola di belakang pasar itu kan, kakak saya jadi kiper kan. Saya yang jadi penendang. Kalau bisa cetak gol, dia beliin saya hadiah," kata Dony.
Dony semakin termotivasi karena dari sepak bola profesional kakaknya bisa menghidupi sendiri, termasuk membeli mobil dan rumah.
Kapan mulai masuk sekolah sepak bola? "Masuk SSB pas kelas 3 SD. Jadi ya sebelum itu main bola di belakang rumah saja waktu itu. Kebetulan waktu itu saya naik kelas 2, naik kelas 3 ranking satu di sekolah. Terus ditanya mau hadiah apa. Saya bilang mau masuk SSB di Boyolali," pungkasnya.